Allah Satukan Hati Kami di Monas [3]

Fenomena Baru Gerakan Islam Indonesia

Shalat Jumat berakhir pukul 12.00 lebih. Lautan manusia berbaju putih ini membubarkan diri tanpa ada keributan dengan aparat sebagaimana layaknya pengerahan massa. Bahkan seluruh taman dan jalan tetap terjaga rapi tanpa ada sampah berserakan.
Tim INA yang disebar di banyak titik menyaksikan langsung, gelombang umat Islam datang dari berbagai propinsi ini bahkan banyak yang tidak mampu masuk ke senayan.  Masih massa masih tertahan di berbagai tempat, termasuk di Senin, Cikini, Gondangdia, Bundaran HI.
“Tidak ada aksi apapun yang pernah saya lihat sebesar ini. Tuh orang pade salah, harusnya ke Monas jalan ke depan, eh dia malah kebalik ke belakang. Saya bilang, Monas kesono no, ente kebalik,” ujar Habi Obeng (65), warga Sabang, kawasan lebih dekat dengan Monas.
Inilah shalat Jumat terbesar di dunia. Sebagian mencatat, massa diperkirakan mencapai lebih dari 4 juta orang.
Kemuning senja menyapa lembut Ibu Kota. Lembayungnya menaungi jutaan umat yang mulai kembali pulang, membawa berjuta kisah dan seruang rindu. Kerinduan yang seketika memenuhi rongga dada, membuncah. Kenangan yang bekelebat hebat, seakan ingin kembali berulang.
Jutaan orang mulai beringsut meninggalkan Monas dan sekitaranya. Namun bekasnya masih menyisahkan kesan mendalam bagi banyak orang termasuk Kholili.  Setidaknya ada dua hal penting ia catat.
Aksi 212 menunjukkan kualitas ukhuwah umat Islam.  Sebab jika Islam itu ditegakkan, jangankan manusia, hatta, hewan dan tanaman akan mendapat rahmatnya. Bukan ‘rahmatan lil alamin’ yang sering digembar-gemborkan di media, namun dalam aksinya justru menyakit umat Islam sendiri. Aklak itulah yang ditunjukkan dalam Aksi Bela Islam III.
“Inilah kualitas sebenarnya umat Islam, kualitas hati yang merupakan cermin iman,” ujarnya.
Kedua, aksi 212, melalahirkan gerakan baru Islam Indonesia akibat  getaran Surat Al-Maidah. Setelah sekian lama umat Islam didzalimi, ulamanya dibully, agamanya dicela, informasinya dikaburkan media, tetapi atas kehendak Allah, sebuah kelompok yang kecil – yang sangat tidak popular bahkan telah lama disematkan padanya panggilan-panggilan dan cap buruk – qadarallah, ditunjukkan Allah mampu menghimpun jutaan orang dengan aksi sangat terpuji.
“Maka Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela,” ujar Kholili mengutip Surat Al-Maidah: 54.
Inilah fenomena baru yang tidak pernah dibayangkan oleh teori akademis apapun di Indonesia.
“Saya yakin, di tangan orang-orang yang sabar dan pecinta Al-Quran, yang tidak takut celaan orang yang mencela inilah janji rakhmat Allah akan turun dan Indonesia akan terjaga.[]
Label: ,

Posting Komentar

[facebook][disqus]

Author Name

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.