KIAT- KIAT MENAHAN AMARAH

Marah ialah bergejolaknya darah dalam hati untuk menolak gangguan yang dikhawatirkan terjadi atau karena ingin balas dendam kepada orang yang menimpakan gangguan yang terjadi padanya. 
Marah ada dua macam; ada yang terpuji dan ada yang tercela. Terpuji apabila dilakukan karena Allah   dalam membela agama Allah   dengan ikhlas, membela hak-hak-Nya, dan tidak menuruti hawa nafsu, seperti yang dilakukan oleh Rasulullah  , beliau marah karena ada hukum-hukum Allah dan syari’at-Nya yang dilanggar, maka beliau   marah. Begitu pula marahnya Nabi Musa ‘Alaihissalam dan marahnya Nabi Yunus ‘Alaihissalam. Adapun yang tercela apabila dilakukan karena membela diri, kepentingan duniawi, dan melewati batas. 
Ja’far bin Muhammad Rahimahullah mengatakan, “Marah adalah pintu segala kejelekan.” Dikatakan kepada Ibnu Mubarak Rahimahullah, “Kumpulkanlah untuk kami akhlak yang baik dalam satu kata!” Beliau menjawab, “Meninggalkan amarah.” Demikian juga Imam Ahmad Rahimahullah dan Ishaq Rahimahullah menafsirkan bahwa akhlak yang baik adalah dengan meninggalkan amarah. 

Marah adalah gejolak hati yang muncul karena beberapa sebab. Apabila amarah tersebut pada perkara dunia, hanya terbawa hawa nafsu bukan karena kebenaran, hendaklah bagi siapa pun untuk menempuh kiat-kiat syar’i berikut ini: 
1. Berdo’a
Do’a adalah Senjata ampuh seorang Muslim. Di tangan Allah   segala taufik dan petunjuk, Dia mampu menunjuki seseorang kepada jalan yang lurus, di tangan-Nya kebaikan dunia dan akhirat, dan Dia¬-lah penolong untuk membersihkan jiwa dari noda-noda kotoran akhlak tercela. Bila amarah datang berdo’alah kepada Allah   . Allah    berfirman:
ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ 
"Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. …(QS. Gafir:60)
2. Dzikrullah
Ingat kepada Allah   adalah obat bagi kerasnya hati. Dzikir akan mendorong orang (yang berdzikir) takut kepada Allah   yang berakhir pada ketaatan kepada-Nya. Maka, ingat Allah ketika marah akan mendorong pelakunya untuk kembali pada adab dan akhlak yang mulia. Allah    berfirman:
وَاذْكُر رَّبَّكَ إِذَا نَسِيتَ 
…Dan ingatlah kepada Tuhanmu jika kamu lupa… (QS Al-Kahfi:24)
Ikrimah berkata; ” ingatlah Rabb¬-mu ketika kamu marah”.
3. Mengucapkan Ta’awudz
Mengucapkam kalimat ta’awudz dapat menghilangkan marah; sebagaimana petunjuk Rasulullah   dalam haditsnya” Sulaiman bin Shurad radhiyallahu ‘anhu berkata,” ada dua orang saling mencela di hadapan Nabi   . Salah seorang di antara mereka terlihat sangat marah hingga matanya memerah dan urat lehernya menegang. Rasulullah   bersabda;
”Sungguh aku tahu sebuah ucapan yang kalau dia mau mengucapkannya akan hilang marahnya: “A’udzubillahi minasy syaithaanir rojiim” “aku berlindung kepada Allah dari Syaithan yang terkutuk; orang tadi malah berkata, “Apakah engkau melihatku sedang sakit (gila)?” (HR. Bukhari dan Muslim)
4. Mengubah posisi
Orang yang marah hendaknya mengubah posisi tubuhnya, jika sedang berdiri maka hendaklah duduk. Apabila belum juga hilang marahnya, bisa berbaring atau meninggalkan tempat; Berdasarkan hadits: 
Dari Abu Dzar Radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah   bersabda,
 “Apabila salah seorang diantara kalian marah, sedangkan ia berdiri maka hendaklah duduk. Apabila belum hilang juga marahnya maka hendaklah Ia berbaring. (HR Ahmad, Abu Dawud, dan Ibnu Hibban)
5. Memberi Maaf
Memberi maaf kepada orang yang bersalah ganjarannya sangat besar. Ingatlah, wahai saudaraku!”orang kuat” bukanlah yang kuat dalam fisiknya, melainkan yang mampu menahan jiwanya ketika marah. Rasulullah   bersabda;

لَيْسَ الشَّدِيْدُ بِالصُّرَعَةِ ، إِنَّمَا الشَّدِيْدُ الَّذِيْ يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ.  
"Orang yang kuat itu bukanlah yang pandai bergulat, tetapi orang yang kuat ialah orang yang dapat mengendalikan dirinya ketika marah".  (HR. Al-Bukhari dan Muslim) 
6. Tidak memperturutkan amarah
Dari Abu Ablah berkata,”pada suatu hari, Umar Bin Abdul Aziz sangat marah kepada seseorang. Maka dipanggillah orang tersebut, ia dicambuk dan diikat dengan tali. Pada akhirnya, Umar Bin Abdul Aziz berkata,”bebaskan dia! andaikan aku marah, aku mampu menyakitimu lagi kemudian beliau membaca ayat”…dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang…(QS. Ali Imran:14)”. Wallahu a’lam 
(Disarikan Dari Majalah Al-Furqan, Edisi 12 thn ke 15)                                      
Oleh: Arianto, S.Kom.I 

Posting Komentar

[facebook][disqus]

Author Name

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.